[email protected] (0274) 884444

Ngaji Kebangsaan, Ribuan Warga Yogyakarta Padati Halaman Pasar Bantul

14 Jan 2023    12:54

jogja.tribratanews.com -humas, Puluhan ribu warga menghadiri Ngaji Kebangsaan dan Doa Awal Tahun yang digelar di halaman Pasar Bantul, Jumat (13/1/2023) malam.

Acara diawali doa lintas agama dilanjutkan pengajian oleh Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah selaku pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji dari Sleman.


Tampak hadir Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan didampingi PJU, Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Puji Cahyono, Kapolres Jajaran Polda DIY, Bupati H Abdul Halim Muslih serta jajaran Forkompimkab Bantul.

Gus miftah mengatakan pada tahun 2019 di tempat yang sama dia pernah mendoakan Indonesia dan sampai saat ini Indonesia dalam kondisi baik-baik saja.

"Dulu kita juga doa bersama di sini, Alhamdulillah kita diberi aman. Malam hari ini tampak nyata keindahanannya, walaupun kita berbeda-beda, Allah SWT menakdirkan Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa namun kita berdiri dalam satu kesatuan yaitu Indonesia," katanya.

Indonesia itu ibarat ada enam kamar, masing-masing dimiliki oleh enam agama yakni Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan Konghucu.

Masing-masing kamar tidak boleh dimasuki karena memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga untuk menjaga kebhinnekaannya semua harus tetap saling menjaga perbedaan.

"Saat ini banyak organisasi yang tumbuh, dengan paham-paham radikalisme dan anti akan Pancasila. Paham-paham inilah yang harus kita waspadai, karena dapat mengakibatkan perpecahan. Kita harus memahami Pancasila, yang memiliki lima sila agar Indonesia ini dapat menjaga keutuhan NKRI dan merawat kebhinnekaaan," katanya.

Disebutkan, ciri-ciri orang yang menganut paham radikalisme antara lain mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tidak sependapat.

Selain itu, juga mempersulit tata cara Islam yang dianut, bahwa sejatinya ajaran Islam bersifat samhah atau toleran dengan menganggap perilaku, hukum dan ibadah.

Kemudian, bersikap berlebihan dalam menjalankan ritual agama yang tidak pada tempatnya. Mutlak dalam berinteraksi, keras dalam berbicara terutama terkait apa yang diyakininya dan emosional dalam berdakwah atau menyampaikan pendapat.

Ciri lainnya, kata Gus Miftah, mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya yang tidak sepaham. Mudah mengafirkan atau memberi label takfiri orang atau kelompok lain yang berbeda pendapat.

"Ancaman bangsa Indonesia saat ini adalah disintegrasi yang berangkat dari pemaksaan kehendak kebenaran yang kita pahami. Jika kita berbicara tentang Pancasila dan NKRI, karena sudah sunatullah bangsa ini berbeda dalam segala hal, baik suku, agama bangsa, ormas dan lain sebagainya. Maka kewajiban kita sebagai generasi muda harus merawat kebhinnekaan ini sehingga terciptanya keharmonisan dan percayalah jika ini terjadi Insya Allah bangsa Indonesia akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT," paparnya.

Gus Miftah menegaskan generasi muda harus menumbuhkan rasa nasionalisme, patriotisme dan memberikan pemahaman beragama dan berbangsa yang baik, mengafiliasi perbedaan, sehingga menimbulkan pertemanan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.

Ratusan personel Polres Bantul diterjunkan untuk melakukan pengamanan dan mengantisiapsi terjadinya gangguan Kamtibmas.

Fitri
editor Jay


Tribrata News Terkait

Jangan lupa baca juga berita-berita online terkait di bawah ini