jogja.tribratanews.com -Humas, "726 bahasa, 1400 suku, 6 agama, kita bisa berdiri di atas satu negara yang sama, Indonesia," terang Gus Miftah di depan ribuan jamaah Ngaji Kebangsaan dan Doa Awal Tahun untuk Indonesia, Jumat malam 13 Januari 2023.

Kondisi ini menurut Gus Miftah harus disyukuri dan dijaga. Karena di kawasan lain di dunia ini, ada yang bahasanya sama tetapi tidak bisa berdiri di atas satu negara sebagaimana Indonesia.

Hadir pula dalam Ngaji Kebangsaan ini, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggola, S.I.K., M.H., Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Puji Cahyono, S.I.P., M.Si., Kajati DIY Katarina Endang Sarwestri, S.H, M.H., Wakapolda DIY Brigjen Pol R. Slamet Santoso, S.H., S.I.K., Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih, serta jajaran Forkompimda Bantul.

Diawali dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Doa Lintas Agama, Gus Miftah mengajak jamaah untuk masyarakat khususnya generasi muda untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, patriotisme dan memberikan pemahaman beragama dan berbangsa yang baik.

Secara tegas, Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji ini mengajak jamaah untuk belajar agama dengan benar. Gus Miftah juga mengajak jamaah untuk mewaspadai kelompok-kelompok intoleran dan radikal.

"Paham-paham inilah yang harus kita waspadai, karena dapat mengakibatkan perpecahan. Kita harus memahami Pancasila, yang memiliki lima sila agar Indonesia ini dapat menjaga keutuhan NKRI dan merawat kebhinnekaaan," lanjut Gus Miftah.

Menurut Gus Miftah, kelompok ini mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya yang tidak sepaham. Mudah mengafirkan atau memberi label takfiri orang atau kelompok lain yang berbeda pendapat. Karenanya, Gus Miftah

"Kedudukan berbagai agama di depan negara adalah sama, karenanya harus saling menghormati antara umat beragama lain. Hormati agama lain apabila agamamu juga ingin dihormati," tutur Gus Miftah.