Kapolda DIY Ajak Personel Polda DIY Mengingat Kembali Sejarah Polri
5 Jul 2023 10:00
Pada Apel Pagi Personel Gabungan Polda DIY Rabu 5 Juli 2023, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H. mengajak seluruh personel untuk mengingat kembali sejarah Polri.
Kapolda menuturkan, Hari Bhayangkara ini adalah hari bersejarah. 1 Juli 1946 ditetapkan sebagai hari lahir Polri, karena pada hari tersebut terbit Penetapan Pemerintah Tahun 1946, No. 11/SD. Djawatan Kepolisian Negara.
"Jika ditarik ke belakang, Kepolisian yang ada di Indonesia ini sudah ada sejak Jaman Belanda, kemudian dilanjutkan di Jaman Jepang," tutur Kapolda.
Pada masa kolonial Belanda, Polisi hadir untuk mengamakan kepentingan kolonial. Personelnya banyak berasal dari kalangan pribumi, namun tetap dipimpin orang Belanda.
Sehingga, kepentingan Belanda menjadi hal utama dalam pelaksanaan tugas kepolisian.
"Hal ini berlanjut di masa pendudukan Jepang, tetapi sudah dikomandani warga Pribumi, namun tetap di bawah pengawasan dari pihak Jepang yang memiliki kewenangan lebih tinggi," lanjut Kapolda.
Keberadaan Polisi bentukan jepang ini kemudian menjadi Polisi Istimewa yang pada saat peralihan kekuasaan menjadi bagian yang melucuti persenjataan tentara Jepang.
Terbentuknya Kepolisian ini sudah dimulai pada 21 Agustus 1945, oleh Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin di Surabaya.
"Setelah Proklamasi Kemerdekaan, sudah dibentuk Badan Kepolisian Negara oleh PPKI, yang kemudian pada 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik Komisaris Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara," terang Kapolda.
Namun, semangat Kepolisian Indonesia ini tidak lepas dari Pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Patih Gajah Mada, pada Era Majapahit. Di mana Satya Haprabu menjadi bagian dari Tribrata.
"Setia kepada Negara dan Pimpinannya, demikian semangat Satya Haprabu yang dijadikan dasar oleh Patih Gajah Mada kepada Pasukan Bhayangkara," lanjut Kapolda.
Kapolda juga menjelaskan tentang penyatuan kepolisian ini perlu dilakukan negara untuk menyatukan semua kepolisian yang ada di Indonesia.
Kapolda menuturkan, Hari Bhayangkara ini adalah hari bersejarah. 1 Juli 1946 ditetapkan sebagai hari lahir Polri, karena pada hari tersebut terbit Penetapan Pemerintah Tahun 1946, No. 11/SD. Djawatan Kepolisian Negara.
"Jika ditarik ke belakang, Kepolisian yang ada di Indonesia ini sudah ada sejak Jaman Belanda, kemudian dilanjutkan di Jaman Jepang," tutur Kapolda.
Pada masa kolonial Belanda, Polisi hadir untuk mengamakan kepentingan kolonial. Personelnya banyak berasal dari kalangan pribumi, namun tetap dipimpin orang Belanda.
Sehingga, kepentingan Belanda menjadi hal utama dalam pelaksanaan tugas kepolisian.
"Hal ini berlanjut di masa pendudukan Jepang, tetapi sudah dikomandani warga Pribumi, namun tetap di bawah pengawasan dari pihak Jepang yang memiliki kewenangan lebih tinggi," lanjut Kapolda.
Keberadaan Polisi bentukan jepang ini kemudian menjadi Polisi Istimewa yang pada saat peralihan kekuasaan menjadi bagian yang melucuti persenjataan tentara Jepang.
Terbentuknya Kepolisian ini sudah dimulai pada 21 Agustus 1945, oleh Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin di Surabaya.
"Setelah Proklamasi Kemerdekaan, sudah dibentuk Badan Kepolisian Negara oleh PPKI, yang kemudian pada 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik Komisaris Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara," terang Kapolda.
Namun, semangat Kepolisian Indonesia ini tidak lepas dari Pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Patih Gajah Mada, pada Era Majapahit. Di mana Satya Haprabu menjadi bagian dari Tribrata.
"Setia kepada Negara dan Pimpinannya, demikian semangat Satya Haprabu yang dijadikan dasar oleh Patih Gajah Mada kepada Pasukan Bhayangkara," lanjut Kapolda.
Kapolda juga menjelaskan tentang penyatuan kepolisian ini perlu dilakukan negara untuk menyatukan semua kepolisian yang ada di Indonesia.
"Karena, polisi bentukan Belanda ini tersebar di banyak tempat dan berdiri secara mandiri di masing-masing daerah," Kapolda menjelaskan.
"Selain itu, Kepolisian saat itu juga terpecah dalam beberapa fungsi, seperti Polisi Kota yang terdiri dari fungsi Polisi Lalu Lintas dan Pengungkapan Kejahatan, atau Reserse, dan Polisi Lapangan yang kemudian fungsi ini diemban oleh Sabhara dan Brimob," tutur Kapolda.
Selain dua polisi di atas, ada juga Polisi Pertanian dan Polisi Pamong Praja.
"Dari kondisi yang tersebut kemudian disatukan dalam satu wadah yaitu Djawatan Kepolisian Negara atau kemudian menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia," jelas Kapolda.
Menurut Kapolda, sejarah Polri ini adalah hal penting bagi Keluarga Besar Polri.
"Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, maka sesuai pesan Presiden saat Upacara Hari Bhayangkara di Jakarta lalu, maka Polisi saat ini harus menjadi bagian yang meletakkan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara sebagai semangat dalam bertugas," terang Kapolda.
"Selain itu, Kepolisian saat itu juga terpecah dalam beberapa fungsi, seperti Polisi Kota yang terdiri dari fungsi Polisi Lalu Lintas dan Pengungkapan Kejahatan, atau Reserse, dan Polisi Lapangan yang kemudian fungsi ini diemban oleh Sabhara dan Brimob," tutur Kapolda.
Selain dua polisi di atas, ada juga Polisi Pertanian dan Polisi Pamong Praja.
"Dari kondisi yang tersebut kemudian disatukan dalam satu wadah yaitu Djawatan Kepolisian Negara atau kemudian menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia," jelas Kapolda.
Menurut Kapolda, sejarah Polri ini adalah hal penting bagi Keluarga Besar Polri.
"Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, maka sesuai pesan Presiden saat Upacara Hari Bhayangkara di Jakarta lalu, maka Polisi saat ini harus menjadi bagian yang meletakkan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara sebagai semangat dalam bertugas," terang Kapolda.
-Nurhidayat
Tribrata News Terkait
Jangan lupa baca juga berita-berita online terkait di bawah ini